Cuan dari Impor: Nego Supplier China, Jual Online, Bikin Brand

Cuan dari Impor: Nego Supplier China, Jual Online, Bikin Brand

Aku masih ingat pertama kali buka laptop, scroll Alibaba sambil minum kopi pahit, dan berpikir, “Bisa nggak ya jualan barang ini di Indonesia?” Ternyata bisa. Tapi bukan cuma klik-klik lalu cuan. Perjalanan impor itu penuh nego, sampel yang telat, dan sesi foto produk sampai mata merah. Di sini aku ceritain pengalaman plus tips yang bisa dipraktikkan — biar kamu nggak perlu mengulang kesalahan yang sama.

Mulai dari Riset: Jangan Cuma suka desain, cek juga angka

Langkah pertama yang sering orang skip: hitung landed cost. Harga barang di katalog sering menggiurkan, tapi setelah ditambah ongkir, bea masuk, pajak, dan biaya handling, margin bisa menyusut. Catat semuanya di Excel: harga unit, MOQ, biaya sampel, ongkir (air/sea), asuransi, bea masuk (cek HS code), ditambah markup untuk promo. Kalau belum paham HS code, tanya forwarder atau gunakan layanan online. Itu hal kecil tapi menyelamatkan laba.

Riset supplier juga wajib. Dari pengalaman, supplier di Alibaba atau 1688 belum tentu sama kualitasnya. Chat via WhatsApp atau WeChat, minta foto asli, dan minta sample. Kadang ada opsi lebih praktis seperti platform sourcing yang jadi perantara. Aku pernah coba ajmchinamall — helpful buat yang mau proses lebih rapi tanpa harus pusing bahasa atau logistik awal.

Negosiasi: Santai tapi tegas

Nego itu seni. Kalau kaku, supplier akan anggap kamu pembeli kecil. Kalau terlalu agresif, kamu bisa kehilangan supplier. Trik sederhana: mulai dengan menanyakan MOQ dan harga CIF/FOB. Tanyakan juga lead time dan toleransi kualitas. Kalau MOQ terlalu besar, minta sample pre-production atau batch kecil. Saya pernah berhasil turunkan MOQ dengan janji repeat order dalam 3 bulan — sederhana tapi efektif.

Bayar? Hindari transfer 100% di muka kalau belum kenal. Metode aman: Trade Assurance, PayPal (untuk banyak seller), atau pembayaran split (30% DP, 70% sebelum pengiriman). Selalu minta invoice jelas dan konfirmasi spesifikasi tertulis. Catat nomor kontak, nama sales, dan waktu chat — itu membantu kalau harus klaim kualitas.

Logistik & Komplain: Realita yang kadang ngeselin

Ongkir laut murah, tapi butuh waktu. Ongkir udara cepat tapi mahal. Pilih sesuai strategi: kalau jual di marketplace dan butuh restock cepat, gunakan ekspedisi. Kalau barang bulky dan margin long-term, kapal laut lebih rasional. Jangan lupa incoterms: FOB berarti kamu urus pengiriman dari pelabuhan, CIF termasuk ongkir sampai pelabuhan tujuan. Paham ini biar tidak salah tanggung jawab.

Kualitas kadang meleset. Begitu kotak dibuka dan produknya nggak sesuai harapan, kamu harus punya bukti: foto, video, dan laporan QC. Komplain ke supplier dengan bukti kuat, minta partial refund atau pengiriman ulang. Kalau perlu, gunakan jasa inspeksi pihak ketiga di China sebelum barang dikirim. Mahal? Ya. Tapi dibanding refund dan reputasi toko yang rusak, itu investasi.

Bikin Brand: Bukan cuma logo, tapi cerita

Setelah barang mendarat dan stok aman, tugas berikutnya membuat orang mau beli. Branding itu lebih dari logo dan warna; itu tentang cerita dan pengalaman pelanggan. Mulai dari nama yang gampang diingat, kemasan yang “unboxing-worthy”, sampai copy product yang jelas manfaatnya. Aku pernah mengubah kemasan sederhana jadi kraft box dengan inner tissue—biaya naik, tapi review positif naik drastis. Bukti kecil yang bikin beda.

Listing di marketplace harus SEO-friendly: kata kunci di judul, bullet point yang menonjolkan benefit, dan foto lifestyle. Jangan remehkan video pendek (Reels/TikTok). Konsumen suka lihat produk dipakai. Bangun juga kepercayaan lewat testimoni asli, garansi, dan kebijakan retur yang jelas.

Strategi harga? Mulai dengan sedikit promo untuk dapat review, lalu naikkan harga kalau permintaan kuat. Ada juga strategi bundling untuk menaikkan average order value. Branding bukan sprint; ini marathon. Fokus pada konsistensi layanan, respon cepat ke chat, dan packaging yang aman. Ulang pelanggan lebih murah daripada akuisisi baru.

Akhirnya, impor itu memang menjanjikan, tapi bukan jalan pintas. Ada fase trial-and-error, dan kadang harus sabar menunggu barang sampai. Kalau kamu sabar, teliti, dan berani nego, peluangnya besar. Ingat: produk yang bagus + cerita yang menarik + pengiriman yang cepat = cuan yang bertahan. Kalau mau diskusi lebih detail soal supplier atau hitung-hitungan landed cost, ngopi sambil curhat kapan-kapan, yuk.

Leave a Reply